“Sesiapa yang naik pentas dengan persiapan akan turun pentas dengan penghormatan”.

Berdiri dengan tenang. Nyaman rasa berwawasan.

Kemudian bergerak pada petak wilayah penguasaan pentas. Neutralisasikan keguncangan dalam dada.

Jangan beku di tempat berdiri. Tatapan pada audiens di depan. Hati  jangan bergoyang.

Ungkapkan kata dengan nyala rasa. Berfakta dan ada data (logos)  dalam ‘rumah cerita’ (pathos)  yang terobos jiwa.

Bentuk irama cepat mengalir dari kepala. Luahkan dengan yakin penuh waspada.

Tepati masa. Tahu akan pagar pagar penyampaian.  Siapkan ‘message map’. Ini pelampung kecemasan supaya “jangan tak sampai ke satu tempat, sesat jalan di tempat lain pula.”

Sampaikan dengan kalimat bijak mengusik “keingintahuan khalayak”.

Jeda kalimat panjang dalam menunggu reaksi, sementara jantung berdegup kencang menyaksikan yang hadir untuk terus mendengar.

Usah lari dan membebel hingga jatuh dalam longkang. Umpama kata, kenal pandai jaga api masakan supaya dapat kuih yang sedap.

Kawal jangan banyak remeh temeh. Usah melimpah daalam berkata. Nanti tidak terbawa kereta, tidak termuat kapal

Jelas, tepat dan timbulkan keterujaan. Dengan harapan besar, pada akhir ucapan terbuka lah hati dan terbit-lah terang.